kisah di pinggir kolam

Seorang gadis menatap teman-temannya yang asyik bermain air di kolam renang. Gadis itu sempat berada di air sebentar, tapi tubuhnya tak kuat menahan dinginnya air.
Singkat di berada air, gadis itu langsung naik dari kolam.
Bibirnya membiru. Sekujur tubuhnya ruam-ruam biru tanda kedinginan.
Tangan kecilnya begitu pucat.
Sementara saya khawatir dengan gadis itu, saya menenggelamkan kedua teman saya di kolam dua meter. Tapi tak apa. Mereka jago berenang. Kembali dengan keadaan utuh. Justru yang tenggelam sesaat adalah saya.
Kembali ke gadis itu. Saya hendak menariknya untuk bermain di air, tapi kondisinya pasti tidak memungkinkan. Giginya gemetaran. Saya takut bila ada hal gawat padanya. Guru-guru di sekitar tidak menghiraukannya. Mungkin hal tersebut sudah sering terjadi dari tahun ke tahun.
Hal itu terus berulang hingga satu bulan lamanya. Ia tak pernah diizinkan menceburkan diri ke kolam lagi setelah itu. Hanya menonton kawan-kawannya berakrobat di air.
Saya pikir semua anak menyukai air.
Namun, ternyata ada beberapa kendala yang menghalangi anak-anak untuk berada lama di dalam air. Setelah itu, saya jadi tahu apa yang mengidap gadis itu.
Setidaknya semua anak harus mengetahuinya — terutama dalam penanganan pertama — untuk keselamatan bersama.
***