kisah di pinggir kolam

Ramadina Goethe
1 min readJul 4, 2023

--

Seorang gadis menatap teman-temannya yang asyik bermain air di kolam renang. Gadis itu sempat berada di air sebentar, tapi tubuhnya tak kuat menahan dinginnya air.

Singkat di berada air, gadis itu langsung naik dari kolam.

Bibirnya membiru. Sekujur tubuhnya ruam-ruam biru tanda kedinginan.

Tangan kecilnya begitu pucat.

Sementara saya khawatir dengan gadis itu, saya menenggelamkan kedua teman saya di kolam dua meter. Tapi tak apa. Mereka jago berenang. Kembali dengan keadaan utuh. Justru yang tenggelam sesaat adalah saya.

Kembali ke gadis itu. Saya hendak menariknya untuk bermain di air, tapi kondisinya pasti tidak memungkinkan. Giginya gemetaran. Saya takut bila ada hal gawat padanya. Guru-guru di sekitar tidak menghiraukannya. Mungkin hal tersebut sudah sering terjadi dari tahun ke tahun.

Hal itu terus berulang hingga satu bulan lamanya. Ia tak pernah diizinkan menceburkan diri ke kolam lagi setelah itu. Hanya menonton kawan-kawannya berakrobat di air.

Saya pikir semua anak menyukai air.

Namun, ternyata ada beberapa kendala yang menghalangi anak-anak untuk berada lama di dalam air. Setelah itu, saya jadi tahu apa yang mengidap gadis itu.

Setidaknya semua anak harus mengetahuinya — terutama dalam penanganan pertama — untuk keselamatan bersama.

***

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Ramadina Goethe
Ramadina Goethe

Written by Ramadina Goethe

I enjoy writing semi-fictional short stories about everyday life both in English and Bahasa. Sometimes, I tell about dreams. I wish you're having pleasant here!

No responses yet

What are your thoughts?